Golongan Yang Selamat Senantiasa Menghidupkan Sunnah
Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim
Golongan Yang Selamat Senantiasa Menghidupkan Sunnah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Minhaj Al-Firqah an-Najiyah wa ath-Tha’ifah Al-Manshurah. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A. pada Sabtu, 16 Jumadil Awal 1444 H / 10 Desember 2022 M 2022.
Golongan Yang Selamat Senantiasa Menghidupkan Sunnah
Ciri-ciri olongan yang selamat adalah senantiasa menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, baik dalam ibadah, tingkah laku, dan dalam semua kehidupan mereka. Hal ini karena sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah petunjuk yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seseorang semakin semangat mengikutinya, maka semakin dekat untuk dia selalu menempuh jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk senantiasa mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan inilah sebab kita mencapai keridhaan Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sungguh-sungguh telah ada pada diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam contoh teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan balasan kebaikan di hari akhir, serta banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Ahzab[33]: 21)
Ayat ini menggambarkan bahwasanya teladan yang ada pada diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu adalah teladan kebaikan. Berarti jika semakin banyak kita mengikutinya, maka kita akan semakin dimudahkan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menempuh jalannya yang lurus.
Dan di ayat ini Antum perhatikan, Allah menyebutkan: “Pada diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,” berarti bukan hanya masalah ibadah atau iman meskipun jelas ini yang paling penting. Tapi juga pada akhlak dan tingkah laku. Makanya dalam tafsir Ibnu Katsir Rahimahullah Ta’ala, beliau berkata:
هذه الآية الكريمة أصل كبير في التأسى برسول الله صلّى الله عليه وسلّم في أقواله وأفعاله وأحواله
“Ayat yang mulia ini merupakan landasan yang paling kuat dan agung, yang menjadi dalil kepada kita untuk mengambil teladan dari petuntuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam ucapan, perbuatan, maupun keadan beliau.”
Makanya mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari merupakan ciri dari orang-orang yang selalu berusaha untuk meniti jalan Allah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang lurus.
Sebagian dari para ulama, seperti Imam Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah bahkan pernah mengatakan:
إن استطعت ألا تحك رأسك إلا بأثر فافعل!
“Kalau kamu mampu untuk tidak menggaruk kepalamu kecuali dengan mengikuti sunnah, maka lakukan.”
Tentunya menggaruk kepala merupakan fitrah yang tidak perlu dengan mengikuti sunnah, ketika gatal spontan bergerak. Tetapi karena mulianya mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sampai dalam perkara yang seperti ini, para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah senantiasa menekankan bahwa seandainya kamu mengetahui ada sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hal yang seperti ini maka lakukan sebagai bukti bahwa kita mencintai petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Dalam ayat di atas, semangat mengikuti sunnah itu bagi siapa? Yaitu bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan balasan kebaikan di hari akhir, ini berhubungan dengan iman. Jadi orang yang semangat mengikuti sunnah adalah orang-orang yang iman di hatinya benar. Dia benar-benar mengharapkan balasan pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Namun ada orang yang salah paham dalam memahami hal ini. Ada orang-orang yang dengan alasan mempraktekkan sunnah, sehingga sesuatu yang tidak wajib dijadikan seolah-olah seperti wajib, padahal Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mewajibkannya. Atau ada orang yang dengan alasan mempraktekkan sunnah kemudian mengamalkan satu keutamaan yang misalnya hadisnya lemah atau bahkan palsu.
Yang jelas dalam hal ini kita berusaha mengamalkan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tentu dengan pemahaman yang benar, sesuai dengan bimbingan para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Sebagian dari para ulama ketika menjelaskan hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang terkenal di dalam Shahih Bukhari dan Muslim yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
“Barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku maka dia bukan termasuk golonganku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu orang yang meninggalkan sunnah bisa bertingkat-tingkat keadaannya. Ada orang yang meninggalkan sunnah karena benci, tentu ini bahaya ancamannya sebagaimana disebutkan dalam hadits ini. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berlepas diri darinya. Seseorang sudah tahu sunnah kemudian dia tinggalkan karena benci.
Di dalam kitab Fathul Bari oleh Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullah ketika menjelaskan makna potongan hadits ini, beliau menukil ucapan seorang ulama yang mengatakan:
من داوم على ترك السنن، كان ذلك نقصًا في دِينه…
“Orang yang meninggalkan sunnah terus-menerus (bukan karena membenci), ini menunjukkan agamanya kurang. Tapi kalau dia meninggalkan karena meremehkannya, maka ini menunjukkan orang tersebut imannya rusak.”
Oleh karena itu jelas bukan merupakan sifat seorang Ahlus Sunnah wal Jama’ah ketika meremehkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, apalagi memperolok-oloknya, ini jelas merupakan sesuatu yang menunjukkan kekurangan bahkan kerusakan dalam iman seseorang.
Asing karena mengamalkan sunnah
Syaikh melanjutkan: “Sehingga jadilah mereka orang-orang yang asing di antara kaumnya.” Jadi, asingnya itu karena mengamalkan sunnah, bukan sengaja menjadikan diri asing. Hal ini sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan tentang keadaan mereka:
إنَّ الإسلامَ بدأَ غريبًا وسيعودُ غريبًا كمَا بدأَ فطوبَى للغرباءِ
“Sesungguhnya Islam pertama kali datang asing, dan nanti akan kembali asing di akhir zaman sebagaimana permulaannya, maka beruntunglah bagi orang-orang yang asing ini (ketika mereka mengamalkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam).” (HR. Muslim)
Maka hal ini telah diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan pasti terjadinya. Orang yang berpegang teguh dengan sunnah pasti akan dianggap asing.
Di dalam riwayat lain dijelaskan siapa orang-orang yang asing ini. Yaitu:
الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ
“Mereka adalah orang-orang yang baik/shalih ketika manusia dalam keadaan rusak.”
Ini menunjukkan kepada kita bahwa berpegang teguh dengan Islam yang benar di akhir zaman benar-benar membutuhkan kita selalu berdoa memohon taufik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian bersabar. Perumpamaannya disebutkan di dalam hadits:
الْمُتَمَسِّكُ يَوْمَئِذٍ بِدِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
“Orang yang berpegang teguh dengan agamanya di akhir zaman seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Ahmad)
Ingat, bahwa seseorang tidak berusaha menjadikan dirinya berbeda dengan yang lain. Ini tidak diperbolehkan di dalam Islam. Antum tahu dalam Islam ada larangan memakai pakaian syuhrah (berpenampilan beda).
Lihat: Jangan Memakai Pakaian Syuhrah
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52496-golongan-yang-selamat-senantiasa-menghidupkan-sunnah/